Warga Keluhkan Pelayanan UGD Puskesmas Berbah, Bupati Sleman Turun Tangan

Warga Keluhkan Pelayanan UGD Puskesmas Berbah, Bupati Sleman Turun Tangan

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Baru-baru ini di laman media sosial facebook ramai keluhan tentang pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) UPT Puskesmas Berbah.

Dalam postingan yang diunggah akun Masy Hadi Urc di Grup Info Cegatan Jogja (ICJ) menyampaikan keluhannya tentang pelayanan UGD Puskesmas yang tidak profesional. Dia yang dalam cerita itu tengah mengantarkan korban kecelakaan, tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya didapatkan pasien dalam keadaan darurat.

Menanggapi kejadian tersebut, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyampaikan, telah menindaklanjuti aduan dengan melakukan investigasi. Hasilnya, memang ditemukan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya keterbatasan pelayanan.

“Hari ini langsung saya minta investigasi, dan memang ada beberapa kesimpulan. Yang pertama karena keterbatasan layanan seperti dokter yang berjaga di shift sore hingga malam itu sudah selesai masa tugas. Sementara hanya ada 1 perawat dan 1 bidan yang melayani hampir 4 orang yang dirawat di sana,” ungkap Kustini saat dikonfirmasi, Senin (14/11/2022).

Kustini juga menyampaikan, ada beberapa yang dirawat pada waktu kejadian di antaranya pasien dyspepsia, pasien anak dengan demam, pasien suspek stroke dan pasien dengan insisi paku. Sedangkan dokter yang seharusnya bertugas shift sore hingga malam, sudah selesai masa tugas sehingga pelayanan profesi dokter hanya dilayani via telp on call.

Terkait penggunaan mobil ambulance puskesmas, disampaikan bahwa penggunaan kendaraan ambulan tersebut harus memenuhi prosedur, yaitu melakukan telpon terlebih dahulu dengan rumah sakit yang dituju. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan persetujuan rujukan dari rumah sakit tersebut.

Sehingga petugas jaga saat itu dengan melihat kondisi pasien yang gawat tetapi tidak darurat, memutuskan untuk menyarankan membawa pasien dengan menggunakan mobil relawan untuk mendapatkan akses ke rumah sakit lebih cepat. Dibandingkan dengan harus menunggu persetujuan via telpon dengan rumah sakit tujuan.

“Ditambah juga pada saat itu kondisi pasien masih berada di dalam mobil. Sehingga jika ada pemindahan posisi dikhawatirkan akan menimbulkan risiko pada lengan yang cidera. Oleh karena itu petugas menyarankan untuk langsung membawa pasien ke UGD rumah sakit terdekat,” terang Kustini.

Sebenarnya lanjut Kustini, ada miss komunikasinya terkait penggunaan ambulance. Tapi ini tentu akan jadi evaluasi ke depan. Karena bagaimana pun itu kondisi darurat, sehingga harusnya mendapatkan pelayanan yang tidak perlu prosedural.

Berkaca dari kejadian ini, Kustini telah meminta kepala Puskesmas Berbah untuk melakukan evaluasi terhadap pelayanan kondisi kegawatdaruratan. Utamanya dengan pengkajian ulang SOP tentang kegawatdaruratan dan menganalisa sistem perujukan.

“Sudah kami minta untuk segera diperbaiki. Tidak hanya di Puskesmas Berbah ya, tapi seluruh kepala puskesmas kita minta untuk belajar dari kejadian ini. Saya juga meminta maaf. Dan (dari kejadian ini) semoga pelayanan ke depan di seluruh puskesmas lebih baik lagi ke depannya,” pungkas Kustini. (*)