Waspadai Jika Bayi Anda Suka Gigit Jempol

Waspadai Jika Bayi Anda Suka Gigit Jempol

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Hampir semua bayi pernah punya kebiasaan menggigit jempol atau ujung selimut. Orang tua patut waspada, sedapat mungkin cegah kebiasaan seperti itu karena bisa menjadi penyesalan saat tumbuh dewasa kelak.

“Sebenarnya lucu juga melihat bayi menggigit jempol tetapi saat besar nanti akan jadi penyesalan. Awasi anak-anak kita. Kalau mengisap jempol, segera kita alihkan perhatiannya,” ungkap Drg Ireka Diah Kusuma Agustina Sp Ort, Sabtu (29/2/2020).

Dokter spesialis gigi Jogja Medical Center (JMC) Jalan Gondang Raya No 17 Kentungan Condongcatur Depok Sleman ini menjelaskan, kebiasaan gigit jempol jika dibiarkan akan merusak pertumbuhan gigi. Padahal jika struktur gigi rusak untuk mengembalikannya butuh waktu relatif lama.

Mengapa gigi harus rapi, menurut dia, pada diri seorang wanita kerapian gigi sangat mempengaruh kecantikan dan penampilannya. Apabila gigi tidak rapi maka kesulitan mengunyah dan berbicara dengan artikulasinya yang jelas.

Seseorang karena tuntutan pekerjaan harus berbicara di depan publik, lanjut dia, mau tak mau giginya harus rapi. “Misalnya militer, juga dituntut rapi giginya,” ungkapnya pada acara Open House dan Room Tour JMC.

Menurut dokter Diah, gigi yang tidak rapi juga sulit dibersihkan. Dampaknya jangka panjang memunculkan karies gigi, karang gigi dan gusi berdarah bahkan bisa berakibat giginya mati harus dicabut. Padahal memakai gigi palsu rasanya tidak nyaman.

Beruntung sudah ada teknologi untuk mengembalikan susunan gigi. Ortodontik, salah satu cabang kedokteran gigi ini tidak hanya sekadar membuat gigi rapi tetapi juga mempertimbangkan fungsinya.

“Gigi sudah rapi tetapi kadang-kadang untuk mengunyah sakit karena ketemunya gigi atas dan bawah tidak pas,” ungkapnya.

Mengenai penggunaan behel, dia mengatakan, memang sudah jadi tren serta banyak diminati, mulai dari yang berbahan metal sampai kristal berharga mahal.

Namun pemasangan kawat untuk koreksi gigi supaya lurus lagi itu, tidak boleh sembarangan melainkan harus konsultasi ke dokter.

“Harus diperiksa dulu apakah  gigi sudah sempurna erupsinya, karena takutnya akarnya bengkok dan gigi malah mati. Perlu perawatan ortodentik atau tidak. Apakah ada gigi rusak dan tertanam. Apakah ada gigi yang harus diambil dulu atau justru kekurangan gigi,” paparnya.

 

Direktur JMC, Tasniem Fauzia Rais menyambut peserta open house. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Bor gigi

Menjawab pertanyaan beratnya membawa anak kecil ke dokter gigi, apakah orang tua perlu berbohong, dokter Diah menjelaskan perlu edukasi pelan-pelan.

“Bukan hanya anak kecil, orang tua pun saat ke dokter gigi tensinya langsung tinggi, suara mesin bor gigi seperti itu,” ujarnya disambut tawa.

Adapun caranya, pertama kali ajak anak duduk di depan dokter gigi sekadar untuk berkenalan. “Sulit lho mengajak anak duduk di depan dokter. Jika sudah mau duduk, kita ajak menghitung gigi. Ketika mau buka mulut, kita beritahu alat ini tidak berbahaya. Kita kenalkan dulu suara alat bor,” paparnya.

Jika sudah tidak takut suara bor gigi, beri pengertian supaya datang lagi ke dokter gigi untuk diperiksa. “Orang tua harus telaten mendampingi. Kita harus mengenalkan dokter gigi itu tidak berbahaya,” ujarnya berkelakar.

Direktur JMC, Tasniem Fauzia Rais, menambahkan inilah pentingnya poli gigi yang representatif bagi anak-anak. Di poli ini tersedia ruang bermain yang nyaman.

“Anak-anak boleh main sepuasnya sebelum masuk ke ruang dokter gigi. Ada mushalla besar dan wifi sehingga orang tua nyaman saat menunggui,” kata dia.

Sebagai pusat terapi tumbuh kembang anak, Jogja Medical Center yang berada di bawah Yayasan Budi Mulia Dua ini memang sejak awal dirancang dengan fasilitas yang nyaman berstandar internasional.

Begitu masuk, atmosfernya berbeda seperti halnya klinik kesehatan di luar negeri. Pelayanannya sangat ramah. “Kalau nggak ramah, kita siap dicubit, siap dikritik,” ujar Tasniem Fauzia Rais.

Pada open house kali ini, hadir pula psikolog anak Raninta Wulanwidanti serta Grace Melia seorang terapis Play Therapy. Di DIY terapi ini satu-satunya hanya ada di JMC. Dengan motto Peace at Heart, JMC sebagai pusat terapi tumbuh kembang anak memiliki beragam layanan termasuk layanan psikologi maupun poli umum. (sol)