Yuni Astuti Rela Melepas Kursi DPR RI

Yuni Astuti Rela Melepas Kursi DPR RI

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Ketua Badan Pengusaha Pemuda Pancasila (BPPP) DIY, Yuni Astuti, secara mengejutkan menyampaikan pernyataan politik mundur dari kepengurusan DPW Partai Amanat Nasional (PAN) DIY serta mundur dari parpol berlambang matahari terbit itu.

Keputusan tersebut membawa konsekuensi istri dari Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY Faried Jayen Soepardjan ini tidak akan dilantik sebagai anggota DPR RI pengganti antar waktu (PAW). Sesuai regulasi, Yuni Astuti berhak menduduki kursi DPR RI menggantikan Ahmad Hanafi Rais yang mundur dari DPR RI. Secara ikhlas Yuni Astuti rela melepaskan haknya tersebut.

“Hari ini Rabu 21 April 2021 tepat pada Hari Kartini, saya Yuni Astuti menyampaikan pernyataan politik yang selama ini ditunggu oleh beberapa pihak. Saya menyatakan mengundurkan diri dari keanggotaan PAN dan Pengurus DPW PAN DIY. Segala bentuk yang berhubungan dengan PAN, saya sudah tidak ada hak apapun di situ,” ujarnya Rabu (21/4/2021), di Inna Garuda Malioboro Yogyakarta.

Kepada wartawan dia menyatakan pernyataan politik ini disampaikan guna menjawab semua rasa penasaran banyak pihak sekaligus disertai permintaan maaf. “Saya minta maaf kepada teman, rekan-rekan dan saudara yang sudah mendukung saya selama ini. Mungkin kami belum bisa mewujudkan harapan mereka menjadikan saya sebagai perwakilan (DPR RI). Insyaallah saya akan berjuang dengan cara saya sendiri dan cara yang lain. Insyaallah,” tandasnya.

Ditanya alasannya, wanita yang pernah viral menyebar uang  dari mobil Hummer pada awal masa pandemi itu menyampaikan alasannya yang cukup sederhana. Mengenakan busana orange khas Pemuda Pancasila, Yuni menyebut pengunduran diri secara total itu karena sudah merasa tidak nyaman di parpol tersebut.

“Alasannya adalah karena saya punya feeling sangat kuat dan saya meyakini bahwa saya tidak pas dan tidak nyaman di partai ini. Dengan keyakinan hati, saya memang harus mundur. Saya harus mengalah. Bukan berarti saya kalah. Saya mundur murni keinginan pribadi saya. Karena kurang nyaman dan kurang pas,” tandasnya.

Apa yang membuat kurang nyaman? Kembali Yuni menyebutkan perasaannya itu. “Feeling saya sangat kuat. Saya nggak nyaman. Saya nggak enjoy. Lebih baik saya mundur, kemudian berjuang dengan cara sendiri dan cara yang lain. Tunggu. Yang pasti momentum sore ini saya sampaikan saya mundur dari keanggotaan PAN dan pengurus DPW PAN DIY,” tegasnya.

Surat pengunduran diri sudah dikirim ke DPP PAN di Jakarta beserta lampirkan atau tembusan dikirim ke DPW PAN DIY,  Rabu pagi. “Insyaallah surat sudah sampai,” kata dia.

Pengunduran diri itu secara otomatis menggugurkan haknya menjadi anggota legislatif dari PAN. Pada Pemilu 2019, Yuni Astuti yang dikenal suka berbagi itu merupakan peraih suara terbanyak kedua di bawah Hanafi Rais. “Otomatis (hak saya) saya kembalikan lagi ke PAN. Dengan kemunduran saya otomatis nggak mungkin diproses PAW,” kata Yuni.

Ditanya peluang menjadi anggota DPR RI sudah tinggal selangkah lagi apakah tidak eman-eman? Yuni menyatakan dirinya berbeda dengan yang lain, karena punya keyakinan politik yang kuat serta tidak ingin menjelekkan partai lain.

Nggak eman-eman saya. Saya pribadi lebih nyaman mundur. Saya bisa mengukur diri sendiri. Pada hari Kartini ini seorang perempuan harus menentukan sikap. Yang tahu hanya saya saja. Jangan dikembangkan nanti jadi fitnah,” kata Yuni saat berkali-kali didesak wartawan soal alasan dia mundur.

Menjawab pertanyaaan mengenai langkah terdekat setelah mundur, dia menyampaikan tetap akan berjuang pada ranah politik. “Insyaalah begitu,” kata dia.

Mungkin sudah ada yang siap merekrut?

“Yang melamar sudah banyak.”

Ditanya lagi kursi DPR RI itu ibarat bola sudah di depan gawang, Yuni menegaskan dirinya bukan tipe orang yang hanya bisa “nggih” serta “siap”.

“Saya punya jiwa petarung hasil didikan suami saya. Proses PAW ini bukan dari perjuangan saya tapi Mas Hanafi Rais. Dia yang mengajak saya bergabung waktu itu, kemudian dilimpahkan kepada saya disertai kata-kata ini haknya Mbak Yuni. Kan saya tidak berjuang. Karena waktu itu tidak dapat dua kursi, saya legawa,” paparnya.

Mundurnya Hanafi Rais kemudian penggantinya jatuh ke peraih suara kedua di bawahnya, menurut Yuni Astuti, jika PAW itu diterima maka dirinya bukanlah seorang petarung.

“Berarti saya hanya dikasih. Itu bukan jiwa saya. Saya ingin berjuang dari hasil keringat saya dan merasa nyaman. Kalau di hati nggak nyaman buat apa? Jogja kan berhati nyaman, harus buat perasaan nyaman. Memang  banyak teman dan keluarga kecewa tetapi setelah saya beri penjelasan, mereka bisa terima. Sia-sialah parpol yang menyia-nyiakan mutiara dari selatan,” terangnya. (*)